“Adalah tidak perlu menunggu hingga syarat kondisi Revolusi ada; pemberontakan dapat menciptakannya”
Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPN/PB) Kodap III Mimika, pada Sabtu, 21 Oktober 2017, melakukan aksi penembakan di Mile 67 menyebabkan dua kendaraan PT.Freeport yang di kemudikan Muhamad Jamil dan Joe Hatch berkebangsaan Amerika terkena bagian kiri. Pengejaran pun di lakukan Brimob terhadap TPN/PB. Baku tembak terjadi hingga TPN/PB melukai dua anggota brimob serta menewaskan satu anggota Brimob Den B atas nama Briptu Berry Pramana Putra. Tidak hanya itu, tujuh anggota brimob diberondong tembakan saat mengevakuasi korban, Briptu Berry. Setelah menyerang brimob TPN/PB kembali menembaki mobil rumah sakit milik Freeport, Selasa (24/10/2017) sekitar pukul 14.45. Beredar video di media sosial berisi pernyataan resmi TPN/PB Kodap III atas aksi ini dan berisi beberapa statement dari TPN/PB Kodap III Mimika.
Ada sembilan point yang di bicakan sang orator dalam video berdurasi sekitar dua belas menit. TPN/OPM melakukan penyerangan di areal Freeport McMoran berdasarkan Surat Perintah Operasi yang di keluarkan oleh Jack Millian Kemong selaku pemimpinan. Pokok dari sembilan poin tersebut adalah kepedulian TPN/OPM Kodap III atas perampokan bangsa asing di West Papua. Pemberontakan TPN/PB mutlak demo revolusi bagi Bangsa Papua Barat.
Gentleman. Kata tepat bagi TPN/PB Kodap III Mimika. Mereka mengakui serta bertanggung jawab atas aksi ini. Aparatpun di pesan agar mencari tempat netral demi keselamatan rakyat sipil sesuai hukum-hukum yang berlaku dalam perang.
Info resmi Humas Polda Papua bahkan media-media Indonesia menyebut TPN/PB sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) tanpa mengakui aksi baku tembak di dalangi oleh TPN/PB demi menyelamatkan Tanah Airnya dari bangsa asing. Bukanlah hal baru, beberapa aksi baku tembak oleh TPN/PB dan aparat di Papua, selalu TPN/PB di sebut KKB. Banyak pertanyaan muncul dalam benak kita, Apa itu KKB? Apakah TPN/PB melakukan yang namanya kriminal? Mengapa aparat begitu alergi menyebut TPN/PB?
Setelah saya searching di mesin pencari nomor satu dunia, google, ternyata Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) terkait dengan TPN/PB di Papua. Tak satu pun muncul KKB pada daerah lain selain Papua. Tidak jelas asal ususl pemberian nama KKB bagi TPN/PB. Aparat terlalu berfokus pada sudut pandang mereka bahwa TPN/PB sering melakukan aksi pemalakan serta intimidasi terhadap masyarakat. Ini pembohongan publik. Pada tahun 2000-an, Indonesia menyebut TPN/PB sebagai GPS-B (Gerakan Separatis Papua-Bersenjata). Selanjutnya, tidak tahu kapan tepatnya, TPN/PB di sebut menjadi GPK-PB (Gerakan Pengacau Keamanan-Papua Bersenjata). Hingga penyebutannya berujung pada KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata). Pantaskah kita menyebut sesorang yang berusaha mempertahankan isi rumahnya dari permapokan dengan sebutan kriminal? Posisinya dia adalah tuan rumah. Pemilik sah rumah beserta isinya tetapi di sebut oleh perampok itu kriminal bersenjata, pengacau keamanan, dan sebutan lainya.
Dalam sejarah revolusi dunia bahkan Indonesia sendiri perang adalah jalan menuju revolusi demi terciptanya kebebasan suatu bangsa untuk berdaulat dan mengatur rumah tangganya. Bangsa Amerika harus maju berperang melawan Inggris demi United States of America (USA). Vietnam menempuh jalan peperangan demi mengusir Amerika Serikat. Fidel Castro dan Che Guevara menjalani perang gerilya demi negara sosialis Kuba. Indonesia bersusah payah dalam Agresi Militer Belanda dengan senjata seadanya demi Indonesia Merdeka. Banyak kisah revolusi lainnya di seantero di dunia menempuh peperangan demi tanah airnya. Sebuah bangsa tak mau tanah airnya di kuasai asing untuk di rampok. Perlawanan merupakan ekspresi nyata dari penindasan itu. Salahkah jika TPN/PB menempuh jalan yang sama seperti revolusi bangsa-bangsa di dunia demi terciptanya Negara Papua? Pastinya tidak. Kebenaran sejarah membuat Bangsa Papua hingga detik ini melakukan perlawanan terhadap Indonesia.
TPN/PB menunjukan pada dunia internasional serta Indonesia, untuk segera meninggalkan Tanah Air West Papua. Akar kejahatan kemanusiaan di Papua adalah Freeport. PT.Freeport McMoran telah menguras kekayaan alam di Bumi Amungsa, Timika sejak 7 April 1963. Kerakusan bangsa asing akan kekayaan alam Papua bukanlah sesuatu yang dapat di benarkan. Mencuri serta merampok tanpa ijin pemilik rumah. Ekspresi kemarahan pemilik rumah sedang di tunjukan saat ini oleh TPN/PB Kodap III Mimika. Jika berpikir dengan logika, wajar aksi TPN/PB Kodap III Mimika.
Penyebutan TPN/PB sebagai Kriminal merupakan kekeliruan. Saya sepakat dengan apa yang di katakan Arnold Belau melalui akun facebooknya. “Aparat alergi menyebut jika yang melakukan aksi penembakan adalah TPN/PB tetapi menyebutnya KKB”. Penyebutan TPN/PB di hindari sebab aparat tak mau mengakui eksistensi Tentara Pembebasan membela Tanah Airnya.
Dalam relung hati dan jiwa para gerilyawan terdapat sumpah yang menjadi martir bagi bangsanya. Bagi mereka, tentu mati dalam perlawanan melawan kolonialisme dan imperialisme lebih terhormat dari pada diam, tunduk, dan menangisi penderitaan.
TPN/PB berjalan bersama kebenaran yang hari ini dunia dan Indonesia menolaknya tetapi kebenaran itu akan memerdekakan Bangsa Papua Barat. TPN/PB peduli Tanah Air West Papua. Aksi gerilyanya demi mengusir penjajah. TPN/PB sayang akan rakyat Papua yang di berlakukan tidak adil serta di bunuh oleh militer Indonesia. Demi terciptanya Papua berdaulat serta berdiri di atas kaki sendiri tanpa campur tangan kolot asing, TPN/PB harus menempuh jalan ini.
Keep Strong, Freedom Fighters. Kalian bukanlah Kelompok Kriminal, Tetapi pejuang kebebasan, Salut untukmu, gerilyawan TPN/PB di Bukit Utikini, Tembagapura, bersama seluruh tumpah darah rakyat negeri, West Papua.
HIdup TPN/PB, Hidup ULMWP...!!!
Penulis: Guntur (Aktivis Sonamappa )
1 komentar:
Saya bilang jangan sekarang lihat kotrak karya dan nasionalisasi PTFI baru koe konflik bodok......harus pintar maanfatkan kesempatan....
Posting Komentar