Monday, October 03 2016
Oleh
: Arnaldho Guntur
Srikandi,
nama yang sangat sering dipakai dalam istilah-istilah bagi perempuan yang
membuat jasa bagi kaumnya ataupun bagi bangsa dan negara. Semisal menjadi atlet
yang berlaga bagi olimpiade atau kejuaraan suatu cabang olahraga maupun hal-hal
lain yang mengharumkan nama bangsa dan negara. Julukan inilah yang akhir-akhir
ini disandangkan kepada diplomat cantik berusia 34 tahun bernama Nara Masista
Rachmatia. Seluruh bangsa Indonesia tiba-tiba menyebutnya srikandi sebab ia
adalah pembicara tetap Indonesia di PBB yang menyelamatkan wajah buruk
Indonesia dengan tipu muslihatnya dari tudingan tujuh negara Kepulauan Pasifik
mengenai pelanggaran HAM berat di Tanah Papua dalam Sidang Umum PBB edisi ke
-71. Diplomat cantik, Nara Rakhmatia menghipnotis bangsanya hingga ia diekspos
hampir di seluruh media nasional dengan sebutan ‘diplomat cantik nan cerdas’.
Srikandi
cantik muda nan cerdas, Nara Masista Rakhmatia, dipuja dibalik kebohongan besar
yang dilakukan dirinya. Srikandi cantik ini adalah alatnya Indonesia untuk
membohongi dunia internasional terkait masalah Papua. Entah apa yang ada
dibenak diplomat muda ini sehingga mudah diperalat oleh pemimpin negaranya
untuk membaca dokumen yang berisi kebohongan besar. Lagi-lagi kecerdasannya
dipertanyakan.
Dalam
pidato di Sidang Umum PBB, delegasi dari Negara Kepulauan Pasifik seperti
Solomon Island, Vanuatu, Nauru, Marshall Island, Tuvalu, Tonga, Palau
menyatakan keprihatinan mereka pada kondisi rakyat Papua yang masih menerima
banyak pelanggaran HAM berat sejak 50 tahun terakhir. Tujuh negara tersebut
mengkritik.perlakuan Indonesia terhadap rakyat Papua dan meminta agar PBB
memberikan Hak Penentuan Nasib Sendiri (self determination) bagi rakyat Papua.
Menjawab serangan kritik yang dilancarkan delegasi Negara-negara Kepulauan
Pasifik, Nara Rakhmatia yang menjadi pembicara Indonesia seperti singa yang
mengaum untuk menerkam mangsanya.
“Indonesia
adalah penggagas Komisi HAM antar pemerintah ASEAN. Indonesia sudah
meratifikasi delapan dari sembilan instrumen utama HAM, semuanya terintegrasi
dalam sistem hukum nasionak kami dibanding hanya empat oleh negara Solomon
Island dan lima oleh Vanuatu. Indonesia ada diantaranya segelintir negara yang
memiliki Komnas HAM yang aktif dan kuat sejak tahun 1993, masyarakat sipil yang
aktif dan bebas. Indonesia juga merupakan negara demokrasi yang dewasa didalam
fungsi-fungsi bersama dengan komitmen sangat tinggi terhadap promosi dan
perlindungan HAM di semua level, hampir-hampir mustahil pelanggaran HAM terjadi
tanpa diketahui dan diperiksa. Bapak Presiden, kami tegaskan kembali ada
mekanisme domestik ditingkat nasional di Indonesia, pada pembangunan di
Provinsi Papua dan Papua Barat. Ada pepatah dikawasan Asia Pasifik yang
menyatakan, “ketika seseorang menunjukan jari telunjuknya pada oranglain, jari
jempolnya otomatis menunjukan pada wajahnya sendiri. Terima kasih.” demikian
jawaban Indonesia melalui Nara Rakhmatia atas tudingan tujuh negara kepulauan
Pasifik.
Suatu
kebodohan besar jika hari ini masih ada orang yang mempercayai perkataan yang
keluar dari mulut diplomat cantik tersebut. Cobalah maknai kata demi kata dan
kalimat demi kalimat dari jawaban Indonesia tersebut. Nara Rakhmatia diperalat
oleh dokumen yang disusun oleh Jokowi cs. Hal ini membuat mulut Nara Rakhmatia
mengeluarkan kata-kata bermotif pembohongan untuk menyelamatkan wajah buruk
Indonesia. Pertunjukan kualitas diri diplomat cantik yang belum cerdas dalam
memahami situasi politk di Papua sejak 50 tahun terakhir. Dengan kata lain Nara
Masista Rakhmatia masih ‘gagal paham’ soal masalah Papua sehingga mampu
melakukan aksi pembohongan didepan Majelis Umum PBB. Wouw...!begitukah kualitas
dirimu yang merupakan lulusan terbaik Universitas Indonesia pada Jurusan
Hubungan Internasional...?
Kasus
pelanggaran HAM masa lalu yang belum tersentuh proses hukum di Indonesia,
Pembantaian masal 1965, Kasus di Timur
Timur pra referendum, kasus-kasus Aceh pra DOM, kasus-kasus di Papua, kasus
Marsinah, penembakan mahasiswa Trisakti, Mei 1998, Semanggi I, Semanggi II,
Penculikan Aktivis 1998. Jika Nara Rakhmatia adalah diplomat cerdas dan kaum
intelek seharusnya berbicara sesuai data dan fakta. Mungkinkah Nara Rakhmatia
ternyata benar-benar gagal paham soal HAM dan demokrasi ataukah ia menderita
katarak saat kasus-kasus ini terjadi? Entalah.
Biak
berdarah, wasior berdarah, paniai berdarah, hak-hak sipil dan politik seperti
menyampaikan pendapat dimuka umum, berkumpul, berserikat dilarang oleh aparat
keamanan. Ini merupakan suatu bentuk pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia.
Nara Rakhmatia berlagak sok tahu tentang Papua. Dengan penuh kepercayaan diri,
ia berlari jauh dari kenyataan kasus-kasus pelanggaran HAM di Papua. Cobalah
untuk diplomat cantik ini membaca instrumen internasional HAM, yakni ICESCR dan
ICCPR agar cakrawala berpikirnya terbuka soal Hak Asasi Manusia.
Lulusan
terbaik Universitas Indonesia ternyata menjadi alat pembohongan. Jika bangsa
Indonesia menyebut Nara Rakhmatia ‘srikandi’ maka bangsa Papua menyebutnya
‘tuti,tukang tipu’. Ilmu seharusnya digunakan sebagai alat pembebasan bukan
alat penindasan. Ini tidak terjadi pada Nara yang menggunakan ilmunya untuk
berbohong agar Bangsa Papua makin tertindas dibawah kolonialisme Indonesia.
“Kurang
piknik Mba Nara.” Istilah yang lagi ngetrend bagi orang yang belum mengetahui
suatu tempat ataukah belum mengetahu suatu hal tetapi ia sudah terlebih dahulu
mendeskripsikan tentang tempat atau hal tersebut yang sebenarnya tak sesuai
fakta. Istilah ini cocok untuk Nara Rakhmatia. Berkunjunglah ke Papua dan
lakukanlah perjalanan mengelilingi Papua selama setahun atau dua tahun dan
selidikilah data-data pelanggaran HAM agar pemahaman soal situasi politik di
Papua dapat terpampang dalam pikiranmu. Kegagalan dalam memahami Pelanggaran
Hak Asasi Manusia dan membohongi kekejaman penguasa dalam melakukan pelanggaran
hak asasi seharusnya tidak terjadi pada seorang lulusan terbaik seperti Nara
Rakhmatia. Berparas cantik dan cerdas tetapi suka menipu. Tak ada bedanya Nara
Rakhmatia dengan orang yang berkedok agama tetapi ternyata jelmaan iblis.
0 komentar:
Posting Komentar