Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

PGGP HARUS TAMBAH KAYU BAKAR

Oleh: Wairi
Sunday, August 20 2017
(Dewan Gereja Pasifik)
“Papua Merdeka adalah Anugerah bagi Indonesia dan Berkat bagi Bangsa-Bangsa Di Dunia”
-Edison K. Waromi-
(Deklarator ULMWP)

17 Agustus 2017, satu surat elektronik datang dari Pacific Conference of Churches ( Konferensi Dewan Gereja Pasifik ) kepada salah satu media nasional West Papua, Tabloid Jubi. Gereja Pasifik menyampaikan keprihatinannya pada penduduk West Papua yang di anggap belum bebas karena belum bisa menentukan nasib nya sendiri. Pertemuan pemimpin gereja yang berlangsung 1-3 Agustus 2017 ini di akhiri dengan tujuh rekomendasi.

“Rekomendasi pertama menyangkut West Papua. Para pemimpin gereja sepakat mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk melakukan penyelidikan terhadap pelaku pelanggaran HAM di West Papua”, kata Rev. Pihaatae, Sekjen Dewan Gereja Pasifik
Tuhan, lanjut Rev.Pihaatae, menciptakan manusia dan sebuah bangsa untuk bebas dan menentukan diri sendiri dan karena itu para pemimpin gereja selanjutnya mendukung seruan penentuan nasib sendiri West Papua.

“Tidak ada yang bebas sampai kita semua bebas,” kata Rev.Pihaatae mengikuti salah satu perkataan Martin Luther King, Jr. Konferensi Gereja Pasifik, menurut Rev.Pihaatae sangat mendukung inisiatif negara-negara Pasifik untuk membebaskan bangsa-bangsa Pasifik dari penjajahan di muka bumi ini.

Api telah di menyalakan oleh Dewan Gereja Pasifik. Agar masakan nya cepat matang, maka perlu tambahan kayu bakar. Nyala api akan meredup ketika kayu bakar terbakar hingga menjadi debu. Maksud perumpamaan ini adalah Dewan Gereja Pasifik telah menyalakan api rekomendasi “hak penentuan nasib sendiri bagi rakyat Papua”. Persekutuan Gereja-Gereja Papua (PGGP) seharusnya mengambil langkah yang selaras dengan Dewan Gereja Pasifik untuk menambah kayu bakar agar nyala api membesar. Kayu bakar yang di maksudkan adalah PGGP segera mengambil sikap terbuka untuk mengkampanyekan Hak Penentuan Nasib Sendiri Bagi Rakyat Papua di Tanah West Papua sebagai solusi demokratik. Bukan Otonomi Khusus, pembangunan, serta gula-gula (tawaran) Jakarta lainnya.

Surat elektronik dari Sekjen Dewan Gereja Pasifik tiba tanggal 17 Agustus 2017, hari dimana Persekutuan Gereja-Gereja Papua sedang melaksanakan ibadah pujian dan penyembahan pada perayaan hari kemerdekaan Indonesia yang berlangsung di Gedung Olahraga (GOR) Cenderawasih Jayapura. 16 hari sebelumnya tepatnya 1 Agustus 2017, penembakan rakyat Papua di lakukan oleh aparat keamanan Indonesia di Deiyai. 1 orang tewas serta belasan lainnya luka-luka. PGGP membisu seribu bahasa atas insiden ini. Umat Tuhan yang notabene adalah domba di biarkan oleh Sang Gembala yang adalah Para Pendeta, tewas di terkam oleh Singa. Gembala tidur, tuli, buta, entalah. Mungkin perayaan hari kemerdekaan Bangsa Indonesia lebih penting ketimbang nyawa Bangsa Papua yang adalah umatnya.

Radikalisme Persekutuan Gereja-Gereja Papua ( PGGP ) dalam membela umatnya di Papua tak kelihatan. Taringnya seolah patah. Yesus Kristus adalah sang pembebas. Tokoh revolusioner sejati yang mempertahankan asas-asasnya hingga mati di palang gantungan. Yesus Kristus seorang yang radikal. Itu terlihat ketika orang berjualan di Gereja yang adalah tempat beribadah di jadikan pasar. Tanpa takut dan gentar ia memarahi serta membalikan meja-meja jualan para pedagang. Menyampaikan kabar baik kepada orang miskin, buta, lumpuh, yang di penjara, orang yang di tindas dari kampung ke kampung. Umat Tuhan di West Papua di tembak mati tanpa salah, Gerejalah yang seharusnya bersuara paling utama sebab Tuhan tidak menghendaki suatu pembunuhan. Salah satu langkah radikal yang bisa di ambil PGGP adalah menyurati Presiden Indonesia, Jokowi, dan menyatakan bahwa rakyat Papua merindukan Hak Penentuan Nasib Sendiri sebagai solusi persoalan politik di Tanah Papua. PGGP harus segera tarik diri dari Persekutuan Gereja Indonesia ( PGI ), jika PGI tak mampu mengintervensi Jokowi mengenai masalah Papua. Sebab masalah Papua bukanlah masalah kesejahteraan tetapi masalah harga diri sebagai sebuah bangsa. Apakah para pendeta takut akan kehilangan jabatan dan di bunuh aparat jika bersuara tentang hak penentuan nasib sendiri? Ataukah jika mendukung hak penentuan nasib sendiri PGGP tak menadapat uang dari Republik Indonesia? Hanya Tuhan yang tahu.

PGGP bagaiakan buah simalakama. Makan mati, tidak makan mati. PGGP berbicara Papua Merdeka akan di bunuh aparat ataukah di tangkap. Berbicara Indonesia merdeka akan di tanya Tuhan di akhirat nanti. Mengapa tidak menyelamatkan jiwa yang di binasakan oleh manusia? Wajah PGGP pada sisi sebelah NKRI, sedangkan sisi sebelah Papua Merdeka. Jika di tinjau, PGGP kadang berpedoman pada ayat Firman Tuhan yang mengatakan hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati ketika di perhadapkan status politik West Papua. Tetapi Tuhan tidak mendukung penindasan dan penjajahan sehingga memerintahkan Musa dan Harun untuk membawa Bangsa Israel keluar dari penindasan Mesir. Musa dan Harun hanya melakukan negosiasi dan diplomasi dengan jalan damai kepada Raja Firaun untuk segera membebaskan bangsa mereka. Tidak melakukan cara-cara bersekutu dengan Raja Firaun. PGGP harus melihat hal ini dengan cermat. Indonesia adalah penjajah dan penindas bagi Rakyat Papua, maka PGGP harus mengambil langkah yang di lalui oleh Musa dan Harun untuk turut membebaskan umat Tuhan dari penindasan.

Seandainya aku bisa berkomunikasi dengan Tuhan, akan ku tanyakan kepada Tuhan, Apakah Engkau mendukung suatu penjajahan dan penindasan? Masakan Gereja yang Kau bentuk bersekutu dengan penjajah untuk menghabisi umat-Mu di Tanah Papua?

Tuhan akan di lematis dengan dua pilihan doa yang di panjatkan oleh para pendeta yang duduk dalam Persekutuan Gereja-Gereja Papua ( PGGP ). Ada pendeta yang memanjatkan doa untuk pemerintah Indonesia, tetapi ada pula yang berdoa untuk Kemerdekaan Papua. Langkah bijaksana yang di ambil oleh PGGP untuk turut membantu penyelesaian persoalan Bangsa Papua hanyalah “Mendukung Hak Penentuan Nasib Sendiri” demi terciptanya kehidupan umat Tuhan yang aman, tenteram serta sejahtera. Tuhan pasti setuju dengan “Hak Penentuan Nasib Sendiri Bagi Rakyat Papua”.

(Tulisan ini hanya mengkritisi Persekutuan Gereja-Gereja Papua secara universal , tidak untuk person )

Wa...Wa...Wa...!
Salam Tumbuna....Freedom....!


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar