PEMBUNUHAN MISTERIUS: PEMICU KONFLIK DI PAPUA
Senin, 22 Mei 2017
Akhir-akhir
ini rakyat Papua khususnya Kota Jayapura di gegerkan dengan kasus kekerasan
yang berujung pada pembunuhan serta penemuan mayat. 11 Mei 2017, seorang Dosen Fakultas
Ekonomi Universitas Cenderawasih bernama Dr.Suwandi, di hadang dua orang tak
dikenal saat hendak pulang ke rumahnya di jalan buper waena. Pelaku menyerang
korban dengan parang hingga tewas. Sabtu 13 Mei 2017, seorang wanita bernama
Fitri Diana tewas setelah dihadang tiga orang tak dikenal di dekat Kampung
Netar Distrik Sentani Timur. Rangkaian aksi pembunuhan misterius ini berlanjut
hingga Jumat 19 Mei 2017 setelah ditemukannya mayat seorang perempuan yang
kemudian diketahui sebagai penjual tahu tek di depan RS.Dian Harapan pada pukul
05.15 pagi WIT. Jenazah perempuan berusia 45 tahun ini ditemukan dalam parit
tepat di depan PLTD Waena.
Anehnya Jumat sore tepatnya di depan depot
pemotongan kayu (sawmill), masyarakat di kagetkan oleh penyisiran yang
dilakukan oleh Polresta Jayapura. Warga menduga penangkapan dan penyisiran di
depan sawmil berkaitan dengan jenazah perempuan yang ditemukan di dalam parit
PLTD Waena. Namun pihak kepolisian membantah dugaan tersebut dan masih
mendalami dan mengidentifikasi beberapa orang yang ditangkap Siapa sebenarnya
aktor pembunuhan misterius ini? Hingga kini belum jelas siapa pelaku pembunuhan
berdasarkan bukti-bukti dan saksi-saksi. Terdapat beberapa kejanggalan dalam kasus
pembunuhan misterius ini yang dapat mengarahkan kita kepada kecurigaan
pembunuhan ini adalah setingan beberapa oknum ataupu elit politik demi
kepentingan mereka diatas Tanah Papua Barat.
Pertama,
korban secara mengejutkan berturut-turut diawali oleh masyarakat non-Papua.
Terlihat dengan jelas penyetingan menuju kepada konflik antara rakyat Papua dan
rakyat non-Papua demi menghancurkan aspirasi Papua Merdeka.
Kedua,
pada Jumat sore 19 Mei 2017 aparat menembak seorang warga asal Yahukimo bernama
Maikel hingga tewas. Sampai saat ini belum jelasnya kasus apa yang menimpa
Maikel. Tanpa bukti-bukti yang valid serta saksi-saksi, aparat menggrebek dan
menembak Maikel hingga tewas. Asas praduga tak bersalah tidak dijunjung lagi
oleh penegak hukum. Setelah Maikel ditembak, tersebar foto Maikel di media sosial
bahwa inilah pelaku pembunuhan seorang perempuan yang ditemukan dalam parit
PLTD waena. Masyarakat akar rumput yang belum memahami skenario ini seolah di
giring ke arah pemvonisan masyarakat pegunungan tengah sebagai pelaku. Dan
konflik kecil pun mulai terlihat.
Ketiga,
konflik yang di inginkan oleh sang aktor pembunuhan misterius ini pun mulai
kelihatan. Dua Orang Asli Papua ditikam oleh masyarakat Ambon hingga tewas.
Aparat yang saat itu berada di lokasi kejadian melakukan pembiaran. Serta
teriakan “masyarakat wamena” pun keluar dari masyarakat Ambon. Seolah-olah dua
orang inilah yang menjadi pelaku pembunuhan perempuan yang ditemukan dalam
parit PLTD.
Ketika
terjadi demonstrasi Papua Merdeka, aparat turun dengan kekuatan penuh untuk
menjaga bahkan senjata tajam pun dilarang untuk diambil dalam aksi. Masyarakat
Ambon yang menggunakan senjata tajam untuk melukai dua orang asli papua
diabaikan oleh aparat keamanan. Jelaslah misi terbesar Indonesia atas Papua:
“Habisi Rakyat Papua dan Kuasai Tanah Mereka serta Kekayaan Alam Mereka.”
Dari
seluruh pembunuhan misterius ini dapatlah kita menarik satu benang merah
“konflik”. Masih ingatkah kita pada kasus tragedi Ambon 1999? Tragedi itu
secara sistematis dipicu dan dipelihara oleh sejumlah tokoh politik dan militer
di Jakarta, untuk melindungi kepentingan mereka. Pola adu domba yang memicu
konflik inilah yang sering dilakukan oleh kelompok-kelompok militer. Di Afrika
juga terjadi perang saudara yang di provokasi oleh kapitalisme bangsa kulit
putih yang ingin menguasai kekayaan mereka. Aktor yang merencanakan ini semua
hanya duduk diam dan menertawai konflik tersebut. Siapakah yang menang? Tidak
ada kan. Satu agama tidak langsung dimenangkan. Itu semua hanya karena
terprovokasi. Bagaimana dengan Papua? Papua saat ini pun sedang di giring oleh
kelompok elit Jakarta menuju ke arah konflik entah antar non-papua dan Papua
ataukah Papua dan Papua maupun Konflik SARA. Rakyat Papua dituntut untuk tidak
mudah terprovokasi dan harus cerdas dalam melihat isu serta sadar akan segala
sesuatu yang dilakukan oleh Kolonial Indonesia diatas Tanah Papua.
Kolonial
Indonesia saat ini sedang melakukan poltik Devide et Impera atau politik adu
domba yang pernah Belanda lakukan di Nusantara. Kolonial Indonesia mencoba
mengadu dombakan sesama Papua dengan menciptakan kasus pembunuhan misterius dan
menggiring opini publik menuju kepada pelaku yang tak lain adalah masyarakat
Pegunungan Tengah. Ketika publik telah tergiring munculah kebencian antara
kita. Jika kebencian itu sudah mencapai batas ambang maka pecalah konflik.
Ketika konflik pecah antara sesama Papua, maka aspirasi Papua Merdeka akan
dengan mudah runtuh. Disinilah titik pusat dan tujuan utama dari semua setingan
kolonial Indonesia agar mereka tetap berdiri kokoh diatas Tanah Leluhur kita.
Pengalihan
isu pun terjadi disaat mencuatnya kasus pembunuhan misterius ini. Indonesia
seolah-olah ingin menunjukan kepada dunia Internasional bahwa yang melakukan
pembunuhan di Papua pada akhir-akhir ini adalah mereka orang asli papua
sendiri. Demi menyelamatkan wajah mereka di Dewan HAM PBB.
Marthen
Manggaprouw, Sekjen West Papua National Autorhity (WPNA) menulis di akun
facebook miliknya : “Kita tetap fokus
pada Papua Merdeka karena itu solusi. Balas membalas dalam bingkai NKRI
tidak akan mendapatkan keadilan sekalipun. Ini negara hukum, mereka yang
membawa senjata tajam dan palang jalan raya sebagai fasilitas umum di sekitar
RS.Dian Harapan justru mendapat dukungan dari aparat kepolisian, bahkan di
depan mata mereka 2 orang Papua dibunuh, tapi mereka biarkan. Sedangkan warga
Papua yang tidak membunuh oranglain justru ditembak mati tanpa ampun.”
Rakyat
Papua tetaplah tenang dan jaga diri baik-baik serta hindarilah perdebatan yang
berujung pada konflik antara kita yang arahnya nanti kepada perang saudara
seperti di Afrika. Hentikan saling
tuduh-menuduh dan fitnah di antara kita. Jangan terprovokasi oleh siapapun yang
ingin memupuk rasa kebencian yang akan berujung pada konflik. Jaga persatuan
kita dalam United Liberation Movement for West Papua (ULMWP). Usir Indonesia
sekarang juga sebab yang kolonial itu selalu iblis. Indonesia lah yang selalu
membuat ulah diatas tanah Papua demi menghabisi nyawa rakyat Papua dan
menguasai penuh kekayaan alam Bangsa Papua.
Salam
Revolusi...!!!
Wa...Wa...Wa...!
0 komentar:
Posting Komentar